Suasana Candi Cetho dengan peninggalan situs Hindu di Zaman Majapahit di masa Brawijaya V. foto: tangkapan layar

Wisata Candi Cetho Karanganyar, Pos Pertama Sebelum Anda Mendaki Gunung Lawu Sisi Barat

HUNTINGFOTO.COM – Wisata budaya di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah rasanya kurang lengkap jika tidak mampir ke Candi Cetho yang berada di lereng Gunung Lawu sisi Barat.

Candi Cetho adalah merupakan situs peninggalan masyarakat Hindu di masa lampau yang berada ketinggian 1.496 Mdpl.

Situ ini diperkirakan dibangun pada tahun 1451-1470 di akhir masa Kerajaan Majapahit, ketika tadisi prasejarah hidup kembali.

Mengapa dinamakan candi cetho? Dalam bahasa jawa istilah Cetho yang berarti jelas atau biasa digunakan dalam kata terlihat jelas atau cetho.

Namunyataannya jika Anda berada di Candi Cetho, wisatawan dapat melihat dengan jelas berbagai arah di sekitar kawasan itu.

Ukuran dari candi tergolong tidak terlalu besar yakni panjangnya sekitar 190 meter dan lebar 30 meter.

Untuk menjangkau Candi Cetho wisatawan bisa melakukan dengan mudah, karena sejak dari Kota Karanganya hingga lokasi ini wisatawan bisa menggunakan kendaraan roda empat.

Sayangnya untuk jenis kendaraan mobil besar tak bisa menjangkau lokasi ini, karena jalannya yang sempit dan kondisi alam yang cukup menanjak dan tikungan tajam.

Untuk masuk ke lokasi ini wisatawan lokal dikenakan tiket sebesar Rp10 ribu dan wisatawan asing (mancanegara) sebesar Rp30 ribu.

Udara di kawasan itu cukup dingin rata-rata suhu udara mencapai 20 derajat celsius, dengan pemandangan alam dikelilingi kebun teh Kemuning.

Menurut informasi laporan ilmiah pertama terkait Candi Cetho ditulis oleh warga belanda Van de Vlies pada tahun 1842 Masehi.

Sedangkan pengalihan rekonstruksi berlangsung pertama kalinya pada tahun 1928 oleh Dinas Purbakala Hinda Belanda.

Diperkirakan candi ini sudah berdiri sejak abad XV pada masa pemerintahan Brawijaya V.

Dalam dinding gapura teras ke VII terdapat prasasti bertuliskan huruf Jawa Kuno berbunyi:

Pelling padamel irikang buku, tirtasunya hawakira ya hilang saka kalanya wiku goh anut iku 1397.

Bahasa itu ditafsirkan sebagai Peringatan Pendirian tempat peruwatan (membebaskan kutukan) berdiri tahun 1397 Saka atau 1475 Masehi.

Dulu kala Candi Cetho berfungsi sebagai lokasi ruwatan karena pada masa itu sering kali terjadi kekacauan.

Hal ini dibuktikan dengan adanya simbul-simbul dan tampilnya mitologi arca-arcanya yang kebanyakan berbentuk hewan. Berikut sajian Candi Cetho dalam rekaman video berikut ini:

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *