Pelatihan Polisi di Amerika Tentang Hak Fotografer Bertujuan untuk Membatasi Kekerasan Terhadap Pers
HUNTINGFOTO.COM – Setelah serentetan tuntutan hukum menyusul protes kasus pembunuhan George Floyd, kini hubungan antara polisi dan media (jurnalis di Amereka Serikat) tidak pernah tegang, atau lebih rumit.
Untuk mengatasi aksi kekerasan pihak kepolisian kepada wartan foto (fotografer), pengadilan Amerika Serikat menggelar sesi pelatihan.
Sesi pelatihan yang diperintahkan pengadilan antara polisi dan media dilaksanakan dan berlangsung di Minneapolis, dipimpin oleh National Press Photographers Association (NPPA).
Penasihat Umum NPPA, Mickey Osterreicher ingin menghentikan kejadian seperti fotografer yang hampir kehilangan jarinya saat protes di Denver, bahkan fotografer yang kehilangan matanya di Minneapolis.
Osterreicher mengatakan telah melakukan banyak latihan antara polisi dan media.
Sedangkan sesi-sesi pelatihan di Minnesota itu adalah berkat gugatan Goyette v. The City of Minneapolis.
“Ada banyak insiden yang melibatkan polisi dan pers di mana mereka diganggu atau mereka terluka atau mereka ditangkap,” kata Osterreicher kepada PetaPixel.
Hingga menurutnya, sejumlah wartawan mengajukan gugatan untuk melakukan penahanan sementara terhadap polisi dan melarang mereka melakukan hal-hal tertentu.
Dari menangkap mereka, hingga menggunakan amunisi yang tidak terlalu mematikan untuk melawan mereka.
Namun, bagian dari gugatan itu diselesaikan di luar pengadilan, yang membebani pembayar pajak $825.000.
Sebagai persyaratan mereka mengharuskan semua polisi di Minnesota harus menerima pelatihan Amandemen Pertama.
Wartawan di Negara Bagian Gopher diberikan perintah penahanan terhadap polisi.
Bahkan, polisi dilarang menggunakan amunisi, meskipun tidak mematikan terhadap seseorang yang mereka kenal sebagai jurnalis.
Polisi juga dilarang mereka menyita peralatan para jurnalis atau mengeluarkan perintah pembubaran kepada jurnalis, yang sedang meliput.
Osterreicher melakukan beberapa perjalanan ke Minnesota dan melakukan sekitar 15 sesi dengan kehadiran polisi dan jurnalis itu.
Pelatihan ini diberikan sebagai bagian dari hibah dari Knight Foundation dan Press Freedom Defense Fund.
“Mudah-mudahan, ada pemahaman yang lebih baik tentang hak dan batasan yang dimiliki jurnalis, ketika berhadapan dengan polisi saat liputan di lapangan,” kata Osterreicher.
Di bawah Amandemen Pertama, hak untuk merekam dan memotret sesuatu di depan umum pada dasarnya adalah praduga, tetapi itu tidak mutlak.
“Ini tunduk pada batasan waktu, tempat, dan cara. Pembatasan tersebut harus konten-netral, mereka harus disesuaikan secara sempit untuk melayani kepentingan pemerintah tertentu seperti keselamatan publik. Dan mereka harus meninggalkan jalur komunikasi alternatif yang terbuka,” jelasnya.
Dikatakan, jika Anda memiliki insiden dengan satu atau dua petugas dan seorang jurnalis sangat dekat dengan kamera, mereka dibenarkan untuk mengarahkan orang itu untuk mundur beberapa langkah.
“Mereka mungkin khawatir tentang retensi senjata.”
Osterreicher mengatakan tentu saja itu benar-benar tergantung pada situasinya.
Misalnya, jika ada ancaman bom atau penembak aktif, polisi mungkin meminta pers untuk mundur beberapa blok.
Siapa yang Wartawan?
Di era modern, reporter dari New York Times dan seorang YouTuber dengan 18 subscriber bisa terlihat sama persis.
Hal ini membuat sangat sulit bagi polisi untuk menentukan siapa yang sah pers dan siapa yang tidak sah sebagai pers.
“Kita semua tahu bahwa jurnalis hari ini dikirim dengan iPhone dan mereka terlihat seperti orang lain dengan iPhone, seringkali mereka memiliki kredensial,” kata Osterreicher.
Tetapi seringkali, menurut Osterreicher, kita melihat saat protes, jurnalis diserang oleh pengunjuk rasa karena menjadi jurnalis.
“Jadi mereka sering akan menyembunyikan kredensial mereka. Ini jelas bukan tugas yang mudah.”
Pada akhirnya Osterreicher percaya pada etos sistem peradilan Amerika yang lebih suka seratus orang yang bersalah dibebaskan daripada satu orang yang tidak bersalah melihat hukuman.
“Saya memahami tantangan penegakan hukum, tetapi saya tentu memahami fakta bahwa jurnalis harus dapat melakukan tugasnya,” jelasnya.
Itu itu ia terus mendorong agar jurnalis dan organisasi berita untuk melakukan percakapan dengan lembaga kepolisian sebelum semuanya menjadi buruk. ***
“Selama protes besar-besaran belum tentu merupakan waktu terbaik untuk berhenti dan melakukan percakapan yang baik tentang apa yang harus dan tidak boleh dilakukan setiap orang.”